Persaudaraan
Setia Hati Terate (PSHT) atau yang dikenal dengan SH Terate adalah
suatu persaudaraan "perguruan" silat yang bertujuan
mendidik dan membentuk manusia berbudi luhur,tahu benar dan salah, bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengajarkan kesetiaan pada hati sanubari sendiri
serta mengutamakan persaudaraan antar warga (anggota) dan berbentuk sebuah organisasi
yang merupakan rumpun/aliran Persaudaraan Setia Hati (PSH). SH Terate termasuk
salah satu 10 perguruan silat yang turut mendirikan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada
konggres pencak silat tanggal 28 Mei 1948 di Surakarta[1].
Cabang SH Terate tersebar di 200 kota/kabupaten di Indonesia dan komisariat
luar negeri di Malaysia,
Belanda,
Russia
(Moskow), Timor Leste, Hongkong,
Korea Selatan,
Jepang,
Belgia
dan Perancis,
dengan keanggotaan (disebut Warga) mencapai 8 juta orang.[2].
Sejarah dan Perkembangan PSHT
Pada tahun
1903 di Kampoeng Tambak Gringsing,
Surabaya,
Ki Ageng Soero Dwiryo
meletakkan dasar bagi gaya Pencak Silat Setia Hati. Sebelum disebut Setia Hati,
latihan Fisik/Gerakan Pencak Silat Setia Hati disebut "Djojo Gendilo
Tjipto Muljo" dan untuk ajaran kerokhanian dan spiritual Setia Hati
disebut "Sedulur Tunggal Ketjer" disingkat STK.[3]
oleh Warga Tk.II pada latihan tingkat Putih PSHT cabang Surabaya di IAIN Sunan
Ampel Surabaya tahun 1994 - 1995, antara lain Mas Ir. FX.Sentot Sutikno, Mas.
Dr. Ir. H.Aliadi,MM dan Mas Panggul</ref> Pada tahun 1917 Ki Ageng
Soerodwirjo pindah ke Madiun dan membangun dan mendirikan Persaudaraan "perguruan"
Silat bernama Persaudaraan Setia Hati di desa Winongo Madiun.
Pada saat itu Persaudaraan Setia Hati bukanlah/belum menjadi organisasi, Setia
Hati adalah persaudaraan (kadang) saja di antara siswa, karena pada saat itu
organisasi Pencak Silat tidak diizinkan oleh kolonialisme Belanda. "Setia
Hati" berarti Setia pada Hati (diri) sendiri". Soerodiwirjo lahir
keluarga bangsawan di daerah Gresik
(versi lain di Madiun) Jawa Timur, Indonesia, pada kuartal terakhir
abad ke-19. Dia dijuluki sebagai "Ngabei" sebuah gelar bangsawan
eksklusif yang diberikan oleh Sultan dan hanya untuk mereka yang telah
membuktikan dirinya layak secara rohani. Dia tinggal dan bekerja di berbagai
lokasi di pulau Jawa dan Sumatera dan belajar gaya Pencak Silat dari berbagai
aliran. Di Sumatera juga belajar kerokhanian (kebatinan) pada seorang guru
spiritual. Kombinasi ajaran spiritual (kebatinan) dan gaya pencak silat yang
terbaik dari berbagai aliran ini yang menjadi dasar untuk silat Setia Hati. Ki
Ageng Hadji Soerodiwirjo meninggal pada 10 November
1944 di Madiun.
Pada tahun 1922, Ki Hadjar Hardjo Oetomo (pahlawan
perintis kemerdekaan 1883-1952), salah satu kadang Setia Hati, meminta izin
kepada Ki Ageng Soerodiwirjo untuk mendirikan latihan Setia Hati bagi generasi
muda dan diizinkan oleh Ki Ageng Soerodiwirjo, tetapi harus dalam nama yang
berbeda. Maka Ki Hardjo Oetomo mendirikan Setia Hati "Pemuda Sport
Club"(SH PSC) yang kemudian menjadi Persaudaraan Setia Hati "Pemuda
Sport Club" yang berupa sebuah Organisasi. Organisasi ini kemudian disebut
Persaudaraan Setia Hati Terate atau PSHT pada tahun 1948 dalam kongres pertama
di Madiun.
Setelah Perang Dunia II, PSHT terus menyebar ke seluruh Indonesia. Seorang
tokoh penting di balik semakin populernya PSHT ini adalah Mas Irsjad yang
merupakan siswa pertama Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Mas Irsyad ini
juga menciptakan 90 Senam Dasar (Basic Exercise), Jurus Belati (Jurus dengan
pisau), dan Jurus Toya (Jurus dengan panjang tongkat) yang membedakan dengan
Setia Hati di Winongo. Salah satu siswa Mas Irsjad adalah Mas Imam Koesoepangat
(1939-1987) pemimpin spiritual dari PSHT yang turut berjasa membesarkan PSHT.
Penggantinya, Mas Tarmadji Boedi Harsono(1987-2014),
Saat ini dewan pusat organisasi PSHT dipimpin oleh Kolonel Inf (Purn.) Mas
Richard Simorangkir sampai pada Parapatan Luhur digelar pada tahun 2014.
Falsafah dan Ajaran Setia Hati Terate
Falsafah dan
Ajaran yang utama dari SH Terate adalah manusia dapat dihancurkan, manusia
dapat dimatikan (dibunuh) tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia
itu setia pada hatinya sendiri atau ber-SH pada diri sendiri. Tidak ada
kekuatan apapun diatas manusia yang bisa mengalahkan manusia kecuali kecuali
kekuatan yang dimiliki oleh Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran tersebut telah menjadi
keyakinan bagi semua warga SH Terate sehingga menjadi kekuatan tersendiri bagi
anggota secara pribadi maupun persaudaraan. Tidak ada yang ditakuti oleh Warga
SH Terate baik dari bangsa manusia maupun yang lain (jin, makhluk halus dan
lain-lain) kecuali ketakutan (takwa) pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain falasafah
dan ajaran sebagaimana tersebut diatas SH Terate juga mengajarkan calon Anggota
Persaudaran dengan Seni Beladiri Pencak Silat. Menurut SH Terate setiap seni
bela diri timur didasarkan pada filosofi dengan kode etik terkait. Hal ini juga
berlaku untuk Pencak Silat. Praktek seni bela diri memiliki tujuan membantu
siswa mengembangkan karakter jujur,terbuka dengan hidup sesuai dengan
norma-norma dasar dan nilai-nilai seni. Siswa berusaha untuk menjaga
keseimbangan (harmoni) dalam jasmani dan rohani, dalam kecerdasan dan juga
emosi.
Persaudaraan
Setia Hati Terate adalah cara hidup, jalan hidup. Unsur olahraga hanya aspek
kecil, salah satu dari banyak batu yang jalan PSHT yang beraspal. Dengan
pendekatan yang lebih luas ini, Persaudaraan Setia Hati Terate bukan olahraga
pertempuran tetapi seni pertempuran. Sebuah olahraga pertempuran adalah
perjuangan dengan yang lain. Sebuah seni pertempuran adalah perjuangan dengan
diri sendiri. Falsafah dan Ajaran SH Terate tersebut telah menjadi Prinsip
Dasar Setia Hati Terate,untuk mencapai keseimbangan dalam tubuh (jasamani) dan
pikiran (rohani), Persaudaraan Setia Hati Terate didirikan pada lima prinsip
dasar:
- Persaudaraan (Brotherhood atau persaudaraan)
- Olah Raga (Sport)
- Bela Diri (Self-pertahanan)
- Seni Budaya (Seni dan budaya)
- Kerokhanian Ke SH-an (pengembangan Spiritual)
Filosofi
lengkap dari Persaudaraan Setia Hati Terate dapat dilihat pada simbol-simbol
lambang PSHT.
Makna Lambang PSHT
Berikut ini
menjelaskan berbagai konsep dan simbol lambang PSHT. Ini mewujudkan bagian dari
filosofi Persaudaraan Setia Hati Terate.
Segi Empat
Segi Empat
panjang dalam lambang SH Terate adalah bermakna Perisai, perisai bisa berarti
benteng atau petahanan diri, seorang warga SH Terate harus bisa membentengi
diri sendiri dari segala bentuk ancaman jasmani maupun rohani. segi empat ini
juga melambangkan 4 mata arah angin dan ditambah 1 sebagai porosnya
Warna Hitam
Warna Hitam
sebagai dasar melambangkan kekal dan abadi. Sesuai semboyannya Selama Matahari
bersinar, selama Bumi masih dihuni oleh Manusia, semoga Setia Hati tetap jaya,
kekal dan abadi selama-lamanya.
Persaudaraan
Konsep
Persaudaraan ini dapat diterjemahkan sebagai "persaudaraan"
kepada semua, mengungkapkan visi dan misi bahwa semua orang adalah saudara dan
saudari. "Saudara" diterjemahkan baik sebagai "saudara" dan
"adik": perempuan juga merupakan bagian dari
"persaudaraan". Ini berarti saling menghormati, solidaritas dan
kerjasama. Persaudaraan menggantikan budaya,ras,kepercayaan dan afiliasi
politik. Persaudaraan kepada semua adalah disamping persaudaraan dengan sesama
warga SH Terate adalah juga persaudaraan sesama umat Manusia
Setia Hati
Setia Hati
dapat diterjemahkan sebagai "setia pada hati" nya sendiri. Ini
menyiratkan bahwa kita harus selalu jujur pada hati seseorang (perasaan
emosional) dalam semua keputusan hidup. Emosi-emosi ini, bagaimanapun, harus
selaras dengan kognisi rasional seseorang. Apa yang dalam hati sanubari rasakan
dan menjadi pemiikiran harus menjadi dasar bagi perkataan maupun tindakan nyata
atau perilaku sehari-hari. Jika dua unsur tidak harmonis, maka setiap keputusan
yang diambil salah.
Hati Bersinar
Hati
bersinar digambarkan dalam lambang, sinar yang berasal dari hati ini adalah
representasi simbolis dari konsep persaudaraan: satu mengirimkan pikiran yang
baik atau perasaan kepada orang lain. Putih melambangkan cinta dan kebersihan
batin. Garis merah di sekitar Hati adalah simbol pertahanan diri: satu
bercita-cita untuk persaudaraan dan bahwa yang satu dapat menawarkan orang
lain, tapi tidak dengan mengorbankan diri sendiri. Artinya cinta, kasih dan
sayang terhadap sesama ada batasnya, cinta,kasih dan sayanag yang tidak
terbatas bisa menghancurkan diri sendiri.
Terate
Terate
(bunga teratai) adalah bunga yang bisa hidup di darat dan di air. Ini
melambangkan tekad, ketahanan dan kemampuan untuk beradaptasi. Bunga ini dapat
berkembang di segala kondisi. Di udara. Di dalam air. Dalam kondisi kering dan
basah. Warga PSHT juga sama harus mampu beradaptasi dan mengatasi keadaan yang
sulit. Dan seperti Terate, meskipun pengaruh negatif dari lingkungan, siswa
PSHT mempertahankan kebersihan batin nya.Terate dapat hidup dan mekar di
lumpur, tapi mempertahankan keindahan dan kemurnian.
Garis Merah Tegak
Sebuah garis
merah vertikal ditemukan di sisi kiri lambang, diapit pada setiap sisi menjadi
garis putih. Ini adalah "jalan yang lurus", melambangkan pertumbuhan
mental dan spiritual siswa dan Warga PSHT yang lurus dan menegakkan kebenaran.
Sata pengesahan menjadi Warga Pertama, calon warga membuat sumpah untuk
mengikuti jalan ini dan sesuai dengan aturan-aturan tertentu perilaku. Apabila
melakukan pelanggaran sumpah ada konsekuensi yang harus diterima.
Senjata
Pada bagian
bawah sejumlah senjata kuning berwarna digambarkan pada lambang. Ini
melambangkan jalur fisik bahwa seseorang harus mengikuti untuk akhirnya
mencapai pertumbuhan rohani dalam keimanan
Tingkatan Dalam SH Terate
Sebutan
untuk anggota Persaudaraan adalah Warga bukan Pendekar seperti pada umumnya
Persaudaraan"Perguruan" Silat. Sebutan untuk yang sedang belajar dan
berlatih adalah "Adik" Siswa/Murid, sedangkan untuk yang telah
disyahkan disebut Warga. Siswa yang masih dalam proses belajar/latihan harus
memanggil Mas "kakak" kepada semaua Warga SH Terate.
Siswa (pemula)
ujian
kenaikan tingkat
Untuk
menjadi anggota Setia Hati Terate, seseorang harus menjalankan latihan fisik
dan juga penggemblengan mental spiritual minimal 2 tahun Latihan selama 2 tahun
itu dibagi menjadi 4 tingkatan yang masing-masing tingkatn ditempuh selama 6
bulan latihan.
Siswa Polos
Sebutan lain
untuk siswa Polos adalah Hitam yang ditandai dengan Sabuk berwarna Hitam.
Latihan pada tingkatan ini adalah pengenalan tentang Setia Hati dan Setia Hati
Terate, pengenalan gerak dan gerakan yang ada di SH terate dan beberapa Senam
dan Jurus Setia Hati Terate. Maksimal Gerak dan Gerakan tangan dan kaki
termasuk Senam dan Jurus yang diajarkan pada tingkatan ini adalah 1-2 Pukulan,
Tendangan dan Pertahanan, Senam ke-30 dan Jurus ke-6.
Siswa Jambon (merah muda)
Siswa
tingkat Polos yang lulus pada ujian kenaikan tingkat selanjutnya disebut Siswa
Jambon yang ditandai dengan Sabuk berwarna Jambon. Sebutan Jambon mengacu
kepada Warna Sabuk pada tingkatan ini yaitu Merah Jambu"buah:Jambu
biji" Selain peningkatan pemahaman dan pengamalan ke-SH-an pada tingkatan
ini ada penambahan Gerak dan Gerakan maksimal menjadi 3-4 Pukulan,Tendangan dan
pertahanan,Senam ke-50 dan Jurus ke 13-14.
Siswa Hijau
Siswa Hijau
"basa Jawa ijo" ditandai dengan sabuk berwarna Hijau. Pada tingkatan
ini Gerak dan Gerakan tangan dan kaki mencapai 5-6 pukulan,tendangan dan
pertahanan,. Jumlah senam antara 46 sampai dengan 60 dan jurus 15 - 20 an. Pada
tingkat ini juga mulai diajarrkan senam dan jurus Toya.
Siswa Putih
Siswa Putih
adalah tingkatn tertinggi bagi siswa Setia Hati yang di tandai dengan sabuk
putih yang sama ukuran dengan polos,jambon dan ijo.Semua gerak dan gerakan
tangan dan kaki berupa pukulan,tendangan,pertahanan,senam,jurus termasuk toya,
teknik kuncian dan cara melepaskan dan pernafasan telah diberikan semua kecuali
jurus ke-36. Secara rohani fisik dan rohani tingkat ini sudah siap menjadi
Warga (sebutan Pendekar dalam SH Terate) kecuali siswa yang belum sampai pada
persyaratan usia minimal.
Warga
Jalur dari
Persaudaraan Setia Hati Terate dibagi menjadi tiga derajat :
1. Gelar
Pertama (TINGKAT Satu): psht kedungpring
- Gelar Pertama terutama ditujukan untuk pembangunan fisik. Melalui sistem gerakan fisik terampil (Pencak), siswa belajar untuk menggunakan tubuh mereka secara efektif.
- Gelar Pertama dibagi menjadi beberapa langkah, ditambah dengan sistem lulus dari ikat pinggang dan slendangs (ikat pinggang). Setiap langkah diakhiri dengan ujian.
2. Gelar
Kedua (TINGKAT Dua):
- Gelar Kedua berfokus terutama pada Silat, demobilisasi penyerang menggunakan teknik fisik (Pencak) belajar untuk Gelar Pertama. Siswa belajar untuk membuat penggunaan efektif dari kekuatan batin melalui konsentrasi, teknik dan meditasi pernapasan.
- Bentuk pembelaan diri bisa sangat mematikan. Oleh karena itu diajarkan hanya kepada pemegang PSHT dari Gelar Pertama Putih Slendang, dan yang, setelah bertahun-tahun pelatihan disiplin, kemauan dan character building mampu menguasai "nyata" Silat. Pelatihan untuk Gelar Kedua Putih Slendang adalah pembangunan fisik pada dasarnya 50% dan perkembangan mental 50%.
3. Gelar
Ketiga (TINGKAT Tiga):
- Gelar Ketiga hanya ditujukan untuk beberapa yang dipilih: bagi mereka yang dapat bundel semua kekuatan positif yang telah mereka pelajari dan menerapkannya untuk kepentingan kemanusiaan. Gelar Ketiga adalah 95% spiritual dan pembangunan fisik 5%. Di Indonesia, saat ini terdapat sekitar 300.000 pemegang Pertama Gelar Putih Slendang dan sekitar 160 pemegang Gelar Kedua Putih Slendang. Sayangnya hanya ada satu orang di Indonesia telah Gelar Ketiga Putih Slendang, ketua PSHT, Mas Tarmadji Boedi Harsono Mas, yang lain sudah masa lalu pergi mendahului.
Senjata
Senjata-senjata
yang digunakan dalam Pencak Silat adalah kombinasi senjata adat dan mereka
dibawa ke Indonesia dari seluruh benua Asia. Sejumlah senjata ini awalnya alat
yang digunakan untuk Berladang. Hampir setiap gaya Pencak Silat tradisional
menggunakan senjata sebagai berikut.
Pisau dan belati
Adalah pisau
pendek tanpa bentuk atau panjang tertentu.
Golok dan parang
Golok adalah
pedang pendek, parang bermata pisau satu-sisi. Parang ini juga merupakan jenis
pedang yang digunakan secara luas. Keduanya awalnya digunakan sebagai alat-alat
pertanian.
Trisula
Trisula
adalah garpu logam tiga cabang. Ini bervariasi panjangnya 25–65 cm.
Trisula tersebut kemungkinan besar asal India.
Toya
Toya adalah tongkat
kayu, umumnya terbuat dari rotan. Ini bervariasi panjang 1,5-2 meter, tetapi
pada prinsipnya adalah sedikit lebih pendek dari orang yang menggunakannya.
Panjang toya antara 3,5 dan 5,0 cm.
Selain
senjata yang disebutkan di atas, sebagian besar gaya Pencak Silat juga
menggunakan senjata mereka sendiri yang spesifik. Dalam PSHT, senjata berikut
ini juga digunakan:
Celurit
Celurit
adalah istilah Indonesia untuk sabit, alat pertanian yang berasal dari pulau
jawa, pisau baja dalam bentuk setengah bulan. "Semut" adalah sabit
kecil. Ujung tombak adalah di bagian dalam pisau.
Krambit
Krambit
adalah senjata berupa cakar bermata pisau dua sisi dalam bentuk setengah bulan.
PSHT adalah satu-satunya gaya Pencak Silat untuk menggunakan senjata ini.
Semboyan dan falsafah
Dalam Persaudaraan
Setia Hati Terate juga ada berbagai semboyan,simbol dan falsafah yang
mengambarkan kewajiban, pesan moral dan pribadi SH yang harus diajarkan dan
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa semboyan,simbol dan falsafah
tersebut diambil dari budaya dan ajaran Jawa, tetapi telah melekat dan identik
dengan Persaudaran Setia Hati Terate hampir 1 abad. Beberapa semboyan,simbol
dan falsafah tersebut adalah:
* Memayu
Hayuning Bawana * Soero diro Djojo diningrat lebur dining Pangastuti * Ngluruk
tanpa Bala Menang tanpa Ngasorake * Sepiro Gedenging Sengsara yen
tinampa amung Coba * Selama matahari masih terbit dari timur,dan
terbenam di barat. Selama itu pula lah Persaudaraan Setia Hati Terate
akan jaya selamanya"
Tokoh SH Terate
- Ki Ngabehi Soero Dwiryo
- Ki Hadjar Hardjo Oetomo
- Soeratno Soerengpati
- RM. Soetomo Mangkoedjojo
- M. Irsyad
- RM. Imam Koesoepangat
- Tarmadji Boedi Harsono
- Kolonel Inf (Purn.) Richard Simorangkir